Arkeolog terkemuka sekaligus ahli prasejarah Indonesia, Prof. Harry Truman Simanjuntak, resmi mengundurkan diri dari tim penyusun proyek Sejarah Resmi Indonesia. Dalam surat terbuka bertanggal 22 Januari 2025, Prof. Harry menyampaikan keberatannya atas keputusan tim redaksi proyek yang mengganti terminologi “Prasejarah” menjadi “Sejarah Awal” dalam naskah jilid pertama buku tersebut.
Prof. Harry, yang sebelumnya menjabat sebagai editor pada jilid kesatu—yang mengulas masa sebelum hadirnya tulisan di Nusantara—menyatakan bahwa penggantian istilah tersebut dilakukan tanpa diskusi akademik yang terbuka dan inklusif.
“Saya tidak bisa melanjutkan keterlibatan dalam proyek ini jika asas ilmiah dan keterbukaan dalam pengambilan keputusan terminologi tidak dihormati,” tulis Prof. Harry dalam surat pengunduran dirinya.
Menurutnya, penghapusan istilah “Prasejarah” bukan hanya soal semantik, tetapi menyangkut pembingkaian ulang sejarah masa lalu Indonesia yang berisiko mengaburkan batasan epistemologis antara periode tanpa tulisan dan era historis yang didukung catatan tertulis.
Istilah yang Sarat Makna Ilmiah
Sebagai prasejarawan yang telah berkarya selama lebih dari tiga dekade, Prof. Harry menjelaskan bahwa istilah “Prasejarah” sudah lama menjadi bagian penting dalam kerangka kajian arkeologi dan sejarah dunia. Istilah ini merujuk pada masa ketika masyarakat belum mengenal tulisan, dan hanya bisa ditelusuri melalui benda-benda arkeologis seperti alat batu, lukisan gua, dan situs hunian kuno.
“Mengganti istilah ‘Prasejarah’ dengan ‘Sejarah Awal’ tanpa penjelasan metodologis yang memadai bisa memicu kebingungan publik dan akademisi,” tambahnya.
Ia juga menyayangkan bahwa perubahan konsep itu dilakukan oleh pihak redaksi pusat tanpa musyawarah terbuka dengan para penyusun jilid yang bersangkutan—termasuk dirinya.
Respons Komunitas Akademik
Pengunduran diri Prof. Harry segera mengundang reaksi dari kalangan akademisi, khususnya para arkeolog dan sejarawan. Banyak yang menyatakan keprihatinan atas arah proyek penulisan sejarah nasional ini yang dinilai kurang transparan dan berpotensi bias politik atau ideologis.
Dr. Sinta Purnamasari, dosen arkeologi Universitas Indonesia, menyebut penggantian istilah sebagai langkah problematis:
“Penghilangan istilah ‘Prasejarah’ bisa memutus benang merah antara kajian arkeologis dan narasi sejarah yang komprehensif,” ujarnya.
Prasejarah VS Sejarah Awal
Perbedaan antara prasejarah dan sejarah awal terletak pada keberadaan sumber tertulis dan cara rekonstruksi kehidupan masa lalu. Berikut penjelasan secara detail
1. Definisi Dasar
Aspek | Prasejarah | Sejarah Awal |
---|---|---|
Pengertian | Masa kehidupan manusia sebelum mengenal tulisan | Masa ketika manusia mulai mengenal dan menggunakan tulisan |
Ciri utama | Tidak ada sumber tertulis (hanya artefak & fosil) | Sudah ada catatan tertulis (prasasti, dokumen, naskah) |
2. Sumber Informasi
Aspek | Prasejarah | Sejarah Awal |
---|---|---|
Sumber utama | Artefak, fosil, lukisan gua, alat batu | Prasasti, manuskrip, kronik, catatan perjalanan |
Ilmu bantu | Arkeologi, antropologi, paleontologi | Ilmu sejarah, epigrafi, filologi, paleografi |
3. Metode Penelitian
Aspek | Pra sejarah | Sejarah Awal |
---|---|---|
Pendekatan | Rekonstruksi melalui benda peninggalan fisik | Analisis dokumen dan interpretasi teks |
Contoh pendekatan | Melihat alat batu untuk menilai teknologi manusia | Membaca prasasti untuk mengetahui pemerintahan atau budaya |
4. Perkembangan Peradaban
Aspek | Pra sejarah | Sejarah Awal |
---|---|---|
Tingkatan budaya | Umumnya masih berburu-meramu, bercocok tanam awal | Sudah terbentuk kerajaan, hukum tertulis, sistem sosial kompleks |
Contoh peninggalan | Kapak genggam, lukisan dinding, menhir | Prasasti Yupa (Kutai), Prasasti Ciaruteun, lontar Bali |
5. Contoh Pembagian Masa di Indonesia
-
Prasejarah Indonesia
-
Zaman Batu: Paleolitikum, Mesolitikum, Neolitikum
-
Zaman Logam: Perunggu, Besi
-
Belum mengenal tulisan
-
-
Sejarah Awal Indonesia
-
Dimulai sekitar abad ke-5 M
-
Ditandai dengan ditemukannya prasasti Yupa dari Kerajaan Kutai (Kalimantan Timur), yang menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta
-
6. Kesimpulan Perbedaan Kunci
Kategori | Prasejarah | Sejarah Awal |
---|---|---|
Tulisan | Tidak ada | Sudah ada |
Jenis sumber | Non-tekstual (artefak) | Tekstual (prasasti, dokumen) |
Kehidupan sosial | Sederhana | Mulai kompleks dan terorganisir |
Peninggalan utama | Alat batu, fosil, lukisan | Prasasti, kitab, naskah kuno |
Ilmu pendukung utama | Arkeologi | Historiografi dan ilmu filologi |
Jika diibaratkan dalam sebuah film dokumenter, maka:
-
Prasejarah adalah bagian film yang hanya bisa ditampilkan lewat rekonstruksi visual berdasarkan benda-benda—tanpa narasi asli dari pelaku sejarahnya.
-
Sejarah awal sudah memiliki suara asli atau naskah dari para tokoh sejarahnya, yang bisa ditafsirkan dan dianalisis lebih dalam.
Jika kamu ingin, aku juga bisa bantu membuat tabel infografik untuk menjelaskan perbedaannya
Tentang Proyek Sejarah Resmi Indonesia
Proyek ini merupakan inisiatif pemerintah melalui lembaga negara untuk menyusun narasi sejarah Indonesia yang sistematis dan otoritatif. Buku ini direncanakan terbit dalam beberapa jilid, mulai dari masa awal pembentukan manusia purba hingga era reformasi.
Namun sejak awal, proyek ini menuai pro dan kontra dari sejumlah kalangan akademik yang mengkhawatirkan kemungkinan adanya intervensi naratif dari kekuasaan politik.
Warisan Intelektual Prof. Harry
Prof. Harry Truman Simanjuntak dikenal luas sebagai figur sentral dalam pengkajian prasejarah Indonesia. Ia banyak meneliti situs-situs penting seperti Gua Harimau di Sumatra Selatan dan situs arkeologi di Lembah Besoa, Sulawesi Tengah. Ia juga aktif mempopulerkan pentingnya pendekatan multidisiplin dalam memahami jejak kehidupan manusia Nusantara sebelum kehadiran tulisan.
Dengan pengunduran dirinya dari proyek Sejarah Resmi Indonesia, Prof. Harry berharap diskursus publik dan akademik tentang sejarah Indonesia bisa berlangsung lebih terbuka, jujur, dan berbasis ilmu pengetahuan.
“Sejarah bukan milik kekuasaan. Ia milik kebenaran yang disusun dengan kehati-hatian ilmiah,” tutupnya.