Hitam Putih Dahlan Iskan
OPINI | 07 January 2013 | 20:03 Dibaca: 635
Komentar: 0
0
Kita semuanya tahu, Dahlan Iskan memang sedari awal sudah punya keinginan kuat untuk mempromosikan penggunaan kendaraan yang menggunakan energi listrik itu. Mungkin karena dirinya sangatlah paham akan semakin langkanya sumber energi yang berasal dari fosil, yang secara konvensional digunakan oleh hampir seluruh kendaraan sebagai bahan bakar.
Oleh karena itu, salah satu alternatif sebagai jalan keluarnya adalah tenaga listrik sebagai sumber energi untuk menggerakkan mesin kendaraan adalah pilihan yang menurutnya sangatlah tepat. Selain memang lebih irit dibandingkan dengan mobil sejenis yang menggunakan BBM, penggunaan mobil berenergi listrik juga menjadi sebuah kebanggaan karena dibangun sendiri di bumi pertiwi. Dahlan Iskan memang seorang yang punya nasionalisme kuat, jiwa patriotismenya juga tercermin ketika dirinya hanya mau menggunakan sepatu made in dalam negeri.
Tapi terlepas dari tujuan mulianya itu, Dahlan Iskan juga musti lebih banyak bercermin dan introspeksi diri, terhadap semua aktifitas yang telah diperbuatnya, dimana ternyata tidak semua orang bisa menerima. Terutama ketika dengan tanpa basa basi dan konfirmasi terlebih dahulu, hanya berdasarkan pengakuan anak buahnya saja, begitu mudahnya melapor perihal kepada BK DPR atas indikasi pemerasan yang dilakukan oleh oknum anggota DPR terhadap beberapa BUMN kelolaannya.
Alhasil dirinya malah yang harus meminta maaf kepada anggota DPR yang bersangkutan, karena belakangan memang indikasi pemerasan tersebut sebenarnya tak pernah terjadi. Mungkin itu hanya sekedar halusinasi yang ada dibenak para Direktur BUMN terkait yang secara ngawur menelan mentah mentah dan melaporkan seakan akan benar benar terjadi aksi pemerasan tersebut. Dahlan Iskan jugalah yang pada akhirnya harus menanggung malu, dan atas kecerobohan anak buahnya itu, terjadi hubungan non teknis yang kurang harmonis antara Kementerian BUMN dengan para anggota Dewan. Masih mending kasusnya tidak dibawa ke meja hijau.
Tapi Dahlan Iskan belum kapok kapok juga, meski dalam dimensi yang berbeda, Dahlan Iskan juga membuat serangkaian kesalahan yang mungkin tak pernah disadarinya, sehubungan dengan test drive Sedan Sport Tucoxi. Tercatat ada beberapa kesalahan fatal Dahlan Iskan yang saya tangkap, terkait peristiwa kecelakaan saat mengendarai Ferrari Tucoxi antara lain :
1. Dahlan Iskan mustinya sudah paham karena telah diperjanjikan sebelumnya bahwa teknologi yang diterapkan pada Ferrari Tucoxi itu bersifat eksklusif dan telah dipatenkan oleh penciptanya. Teknologi cangih yang digunakan pada mobil tersebut, tentu masih bersifat rahasia, dan tidak diperbolehkan untuk dilihat lihat apalagi untuk ditiru. Tetapi lebih jauh mengapa Dahlan Iskan bahkan berani mengganti beberapa parts yang yang sangat vital pada mobil itu , tanpa sepengetahuan pemegang hak ciptanya ? Seperti dikethui telah dilansir berita bahwa mobil naas itu sebelum mengalami kecelakaan ternyata telah dilakukan penggantian parts yaitu pada bagian electric vacuum pump (peralatan untuk memperoleh tenaga penghisap bagi rem booster) dengan peralatan lain yang tak diketahui performanya. Penggantian suku cadang itupun dilakukan disebuah bengkel variasi mobil yang sangat terkenal di Jogjakarta, Kupu Kupu Malam. Jadi jelaslah dengan demikian maka tak ada lagi yang bisa dimintai pertanggung-jawaban terhadap kasus kecelakaannya itu selain Dahlan Iskan sendiri.
2. Sedan Sport bertenaga listrik Ferrari Tucoxi yang dikendarai Dahlan Iskan, hanyalah sebuah prototype yang sedang dikembangkan untuk diproduksi secara komersial, sehingga tentu saja harus berhasil menembus bebagai test dan uji kelayakan agar bisa dikategorikan sebagai mobil yang aman dikendarai. Tapi bagaimana bisa Dahlan Iskan mengemudikannya sendiri dan hanya didampingi oleh seorang ahli eletric car ? Itu pun tanpa sepengetahuan dan seijin produsen mobil tersebut. Bagaimanaun juga, menguji sebuah kendaraan prototype, seharusnya dilakukan di suatu tempat khusus yang aman dan bebas dari keramaian lalu lintas umum. Tapi apa yang dilakukan Dahlan Iskan ini sungguh nekad juga, karena selain medan yang ditempuhnya cukup berat, banyak tanjakan dan turunan curam, jalan yang berkelok kelok dan kondisi lalu lintas yang ramai. Saya sendiri sampai heran, kenapa seorang Dahlan Iskan bisa berbuat seceroboh itu ?
3. Dahlan Iskan juga tidak memberi contoh yang baik ketika menggunakan Plat No.Pol. palsu karangannya sendiri yaitu DI 19. Mana ada plat nomor polisi menggunakan inisial namanya sendiri ? Sedangkan kita semua mengetahui bahwa membuat dan menggunakan plat nomor palsu adalah melanggar hukum. Apakah bila sudah menjabat sebagai seorang menteri, bisa semaunya melanggar aturan dan hukum ? Terlepas dari tujuannya yang sekedar untuk menguji coba kendaraan kebanggaannya, tindakan Dahlan Iskan tentu tidak bisa diterima.
4. Untuk mengendarai sebuah kendaraan dengan tujuan menguji ketangguhan atau performanya, tentu harus dilakukan oleh seorang yang benar benar telah terlatih dan memiliki keahlian untuk itu. Jangankan itu, sesuai peraturan lalu lintas, untuk mengantar sebuah mobil baru dari sebuah dealer ke rumah pembeli pun juga tidak semua orang boleh melakukannya, yaitu harus dilakukan oleh petugas khusus yang ditunjuk oleh dealer yang bersangkutan. Lalu bagaimana bisa Dahlan Iskan yang nota bene bukan seorang sopir atau ahli teknik mesin mengemudikan sendiri mobil yang masih bersifat prototype itu ? “Terlalu…”, begitulah seperti yang diucpkan Rhoma Irama..
Itu semua telah terjadi dan sebagai konsekwensinya Dahlan Iskan sendiri harus mempertanggungjawabkan perbuatannya yang sudah jauh melanggar aturan hukum dan kepatutan. Sebagai seorang manusia, yang pertama, Dahlan Iskan sudah dikaruniai tambahan umur dengan keberhasilan operasi cangkok hatinya. Dan yang kedua, juga telah diberi ‘dispensasi’ oleh Yang Maha Kuasa karena telah lolos dari maut saat terjadinya kecelakaan itu. Lalu apakah benar hal ini dianggap bahwa Dahlan Iskan sebagai seorang yang punya nyawa rangkap ?
Saya rasa peristiwa kecelakaan ini seharusnya sebagai tegoran keras terhadap dirinya, agar kembali ke ‘jalan yang benar’. Jangan sampai terjadi kecelakaan susulan, karena untuk selanjutnya Tuhan belum tentu akan memberikan izin kepadanya untuk menghirup udara lagi.
Salam