Apa yang menarik dari cerita tersebut terkait dengan budaya korupsi ? Adakah korelasinya ?
Tentu eksperimen diatas dalam hal ini saya kaitkan semata mata sebagai sebuah analogi, dimana si Katak kita ibaratkan seseorang dan air yang berada dipanci tersebut adalah admosfir kegiatan korupsi yang berada disekitarnya. Sebagaimana yang terjadi terhadap si Katak dalam eksperimen tersebut, seseorang tentu saja menolak bila begitu datang ditempat yang baru, langsung diajak melakukan berbuat korupsi secara terang terangan, apalagi dia adalah seorang pegawai baru yang masih polos dan lugu. Tapi apa yang terjadi selanjutnya terhadap orang tersebut, yang setiap harinya berkumpul dan bergaul dengan seniornya yang telah ‘akrab’ dengan budaya korupsi ?
Seiring berjalannya waktu, setelah beberapa minggu, bulan dan tahun kemudian, orang tersebut masih merasa nyaman meskipun sudah mulai merasakan nikmatnya menjadi bagian dari budaya korupsi yang dilakukan oleh para seniornya terutama ketika menerima cipratan uang dari hasil korupsinya.
Waktu begitu cepat berlalu, belasan tahun kemudian orang tersebut sudah teramat berpengalaman dalam pekerjaannya dan dipandang sangat layak untuk menggantikan seniornya yang masuk usia pensiun, dan jadilah dia sebagai seorang pejabat teras didalam institusinya.
Pada tahap ini adalah setara dengan kondisi ketika Si Katak berada didalam air yang sedang mendidih. Apa yang dilakukan di katak yang tetap ditempat walaupun air sudah sedemikian mendidih adalah sama dengan apa yang dilakukan orang yang sudah berada pada puncak karirnya sebagai pejabat yang punya otoritas mengelola penggunaan anggaran yang triliunan rupiah itu.
Barangkali karena memang si Katak punya kemampuan menyesuaikan diri untuk bertahan didalam air yang mendidih, demikian juga dengan si pejabat yang sudah terbisa dengan menikmati ‘indahnya’ budaya korupsi yang selama ini menyelimutinya sehingga merasa biasa saja melakukan korupsi dengan kapasitas yang semakin lama semakin besar, tanpa mau peduli lagi pada resikonya.
Pada suatu saat dimana suhu air sudah kian meninggi, si Katak baru mulai merasakan adanya hawa panas yang menyerang tubuhnya dan tak bisa ditahan tahan lagi. Si Katakpun baru menyadarinya dan berusaha untuk melompat keluar dari panci. Tapi apa daya, seluruh tubuh si Katak sudah terlanjur kaku dan tak lagi bisa digerakkan. Demikian pula pada suatu kesempatan, kegiatan korupsi si pejabat yang sudah gila-gilaan itu, tercium oleh tim pemeriksa keuangan, dan seketika dilakukan audit secara menyeluruh terhadap semua penggunaan anggaran proyek. Tentu saja si pejabat tak lagi bisa berbuat banyak, karena penyelewengan keuangan dalam pelaksanaan proyek, yang selama ini ditutup tutupi, semuanya terbongkar.
Pada akhir eksperimen tersebut, si Katak pun akhirnya mati ditempat dalam keadaan kaku, bersamaan dengan itu, si pejabat kemudian juga terbaring tak berdaya didalam sebuah kamar sempit yang dikelilingi jeruji besi.
Salam