Tak ada angin, tak ada hujan, tiba-tiba sebuah Sekolah Menengah Atas (SMA) di Jakarta kedatangan seperangkat alat yang dinamakan UPS. Jangankan tahu fungsi dan kegunaan UPS, dari namanya saja mungkin banyak orang yang masih bertanya dalam hatinya, “binatang apa itu?”
Pihak sekolah juga mempertanyakan bagaimana alat tersebut tiba-tiba datang tanpa dipesan sebelumnya. Sebagaimana diketahui, kebiasaan sekolah bila membutuhkan tambahan alat bantu pendidikan, selalu didahului dengan pengajuan permohonan anggaran kepada dinas terkait. Entah kenapa, untuk kali ini agak berbeda dari biasanya. Sekolah seakan telah dipaksa untuk menerima seperangkat alat yang cukup canggih yang bernilai sampai ratusan juta rupiah, tanpa mengetahui secara persis tingkat urgensi atas keberadaan peralatan tersebut di lingkungan sekolah mereka.
Terlepas dari benar atau tidaknya pernyataan Ahok diatas, mari kita telusuri lebih jauh mengenai penggunaan UPS yang di pasang untuk keperluan Sekolah, seberapa tinggi tingkat urgensinya.
Sebelumnya tentu kita perlu tahu, apa itu UPS?
Banyak sekali jenis dan tipe UPS yang tersedia di pasaran untuk berbagai keperluan. Dari keperluan rumahtangga, perkantoran sampai industri besar. Tingkat kecanggihan teknologi setiap UPS dan harga masing-masing unit juga sangat bervariasi, disesuaikan dengan keperluan dan permintaan pengguna.
Sebagai cotoh untuk keperluan rumah tangga, misalnya UPS yang dipakai bersama perangkat elektronik lainnya seperti televisi, komputer, kulkas dlsb, dengan tujuan untuk melindungi barang-barang elektronik tersebut dari kerusakan akibat terputusnya aliran listrik PLN secara tiba-tiba. Harga seperangkat alat UPS untuk keperluan rumah tangga berkisar antara Rp, 500.000 s/d Rp. 2 juta, tergantung kemampuan daya listrik yang tersedia pada UPS.
Didalam sebuah proses produksi barang seperti pada industri tekstil, khususnya pada proses pembuatan kain dari rajutan benang yang dilakukan secara otomatis oleh mesin, keberadaan UPS amat sangat diperlukan. Sebab bila sekali mesin telah beroperasi, maka tak boleh sedetikpun pasokan listrik mati, sebab akan membuat putus benang. Bila benang putus, maka proses pembuatan kain harus dihentikan untuk melakukan penyambungan benang yang putus tersebut. Selanjutnya proses produksi bisa kembali berjalan.
Seutas benang saja yang putus, maka membuat kualitas kain yang diproduksi menjadi jauh berkurang, apalagi bila mesin yang digunakan hingga ratusan unit dan beroperasi secara bersamaan. Bisa dibayangkan berapa kerugian pemilik usaha, bila listrik PLN tiba-tiba mati. Instalasi UPS yang terpasang pada Industri Industri besar nilainya bisa mencapai milaran rupiah.
UPS juga merupakan perangkat wajib yang musti dipasang di dalam bisnis penyewaan server internet atau yang biasa dikenal dengan Hosting. Seluruh server yang ada adalah berupa peralatan elektronik (hardware) yang harus tetap berfungsi dengan baik secara non stop 24/7. Mengapa demikian? Sebab server-server tersebut telah disewa oleh para pemilik website untuk menyimpan cloud data mereka.
Bila pasokan listrik PLN tiba-tiba mati, maka UPS secara otomatis akan bekerja menggantikannya, sehingga sama sekali tidak menganggu kinerja server yang ada. Bayangkan saja bila tidak ada UPS dan tiba-tiba listrik mati maka semua server tak lagi berfungsi dan tentu saja data website tidak akan dapat diakses.
Contoh lain adalah penyanyi pop terkenal Michael Jackson juga selalu menggunakan perangkat UPS saat mengadakan pertunjukan konser musik secara live. Mungkin Michael Jackson tak ingin pertunjukannya terhenti, gara-gara listrik mati.
Apabila terjadi pasokan listrik PLN tiba-tiba mati, maka cukuplah diganti dengan seperangkat Genset yang sementara dapat digunakan terutama untuk memberi penerangan di dalam ruang kelas, sehingga proses belajar dan mengajar tetap bisa berjalan.
Penggunaan UPS untuk sekolah, apalagi dengan spesifikasi tinggi (digital/computerized) dinilai tidak efisien dan terkesan ada pihak tertentu yang telah merancang dan memaksakan program pengadaannya. Bukankah Sekolah masih membutuhkan biaya untuk memperbaiki atau menambah fasilitas yang lebih penting, misalnya saja tambahan unit komputer untuk praktek siswa, perbaikan gedung dan sarana sekolah, pengadaan alat bantu pendidikan dll.
Sebagaimana yang telah saya jabarkan diatas, maka sungguh tidak masuk akal bila setiap sekolah menyerap biaya sebesar itu hanya untuk keperluan pengadaan UPS yang sama sekali tidak ada urgensinya. Kalaupun diperlukan pengadaan UPS tentu tidak akan menghabiskan biaya sampai milyaran rupiah.
Sebegaimana diketahui, penyusunan anggaran pengadaan UPS untuk sekolah-sekolah di Jakarta pada tahun anggaran 2014 lalu, tentu sudah melalui persetujuan dari anggota dewan (DPRD DKI) sebelum direaliasikan.
Namun demikian dari keterangan pihak sekolah yang justru mempertanyakan mengapa sekolah tiba-tiba menerima kiriman seperangat UPS, makin menambah nyata bahwa telah terjadi semacam konspirasi dikalangan elite yang sengaja mengatur penggelembungan mata anggaran untuk kepentingan pihak tertentu. Tujuannya adalah mencari keuntungan yang diperoleh dari transaksi pengadaan peralatan UPS tersebut. Bukan transaksi fiktip, tetapi menggunakan teknik mark up.
Sekenario yang diperlukan sederhana saja. Ada pihak yang sengaja mencari celah untuk memasukkan anggaran sehubungan dengan bisnis pengadaan UPS. Agar dapat memperoleh keuntungan besar, maka dilakukan mark up harga yang sangat significant. Dicarilah berbagai alasan sebagai pertimbangan yang seolah sangat mendesak diperlukan pengadaan UPS di sekolah-sekolah. Hal ini jelas sangat merugikan keuangan daerah sampai triliunan rupiah, sehingga tidak heran bila Ahok menuduh pihak Legislatif telah berperan serta di dalam merealisasikan mata anggaran yang digelembungkan tersebut.