Untuk kesekian kalinya, selama 1 hari kemarin, Jakarta dinyatakan lumpuh akibat serangan banjir. Banjir kali ini tak kalah hebatnya dibandingkan banjir besar tahun 2007 lalu. Air berhasil menggenangi 74 kelurahan dari 267 kelurahan yang ada di 31 kecamatan, jadi sekitar 27% dari seluruh kelurahan di Jakarta terendam air.
Masalah banjir ini, sepertinya sudah berulang ulang dikaji dan berulang kali dijanjikan untuk diatasi, namun yang terjadi malah justru banjirlah yang datangnya berulang ulang.
Saya mencoba sedikit menelusuri mengapa bisa terjadi banjir, yaitu dengan mencari sebab sebabnya. Metodologi yang saya gunakan yaitu dengan menggunakan diagram tulang ikan (Fishbone Diagram). Diagram ini sesungguhnya pertama kali diperkenalkan oleh seorang Jepang yang namanya Kaoru Ishikawa pada tahun 1968.
1. Metode
Cara yang dilakukan, kebiasaan, perilaku sehari hari setiap orang yang berada di DKI dan sekitarnya bisa menjadi penyebab banjir. Contohnya saja bagaimana cara warga membuang sampah, apakah sudah dibuang pada tempatnya, atau asal buang saja ke kali atau ke got didepan rumahnya ?
Bila kebiasaan buruk warga yang membuang sampah sembarangan ini terjadi secara terus menerus, maka sampah akan terakumulasi, dan tentu saja bisa menyumbat drainase dan jalur aliran air lainnya, sehingga mengakibatkan air tidak lancar menuju ke hilir (sungai) atau bahkan terjadi genangan air.
Selain itu juga cara bagaimana yang dilakukan untuk memelihara fungsi drainase dan sungai, yang mana hal ini tentu akan diawasi dan dikelola secara langsung oleh PEMPROV DKI. Bila pemerintah tidak melakukan pemeliharaan dengan baik, contohnya terkait dengan endapan lumpur didasar sungai yang kian hari kian tebal, yang mengakibatkan berkurangnya volume dalam menampung air sungai. Semakin lama dibiarkan atau tidak dikeruk, maka semakin berakibat terhadap terjadinya banjir.
2. Materi
Benda apa saja yang menyebabkan banjir ? Seperti yang sudah saya jelaskan diatas, penyebab utama tersumbatnya aliran air menuju ke sungai karena adanya akumulasi sampah (terutama anorganik) yang berada di dalam drainase atau sungai. Apalagi untuk jenis sampah anorganik yang seringkali kita temui berupa botol minuman, bungkus makanan, tas jinjing yang semuanya terbuat dari plastik, banyak sekali ditemukan mengambang di aliran sungai yang ada di Jakarta. Selain itu juga endapan lumpur didasar sungai yang makin tebal, sehingga mengurangi volume air sungai yang mengalir didalamnya.
3. Pelaku
Siapa gerangan yang melakukan itu semua ? Tentu saja semua orang yang berada di Jakarta dan sekitarnya, adalah subyek yang bisa menyebabkan banjir. Terutama adalah bagi yang seringkali, baik yang sengaja maupun yang tidak sengaja atau mungkin karena memang terpaksa membuang sampah sembarangan saja. Pembuang sampah di Jakarta ini meliputi berbagai macam usia dan latar belakang. Dari balita sampai kakek nenek, dari yang tidak sekolah sampai ke professor, semuanya berpotensi menimbulkan banjir, bila perilakunya tidak bersahabat dengan lingkungan.
4. Peralatan dan Fasilitas
Hal ini juga bukan hal remeh, sebab bila tidak disediakan peralatan dan fasilitas yang cukup terkait dengan penanganan sampah, akan beresiko tinggi terhadap terjadinya banjir. Suatu tempat sebagai tempat penampungan sampah sementara harus dibangunan dengan baik, terutama di dekat area pemukiman pinggir sungai. Bila pemerintah tidak menyediakan tempat tersebut, kemana lagi warga akan membuang sampah ? Tak ada pilihan lain, “Buang ke kali saja, bodo amat !” , kata mereka. Selain itu dibutuhkan juga peralatan peralatan untuk mengelola sampah dan kendaraan untuk mengangkut sampah tersebut secara rutin ke tempat akhir pembuangan sampah (TPA)
5. Lingkungan
Kebersihan dan ketertiban pemeliharaan lingkungan masing masing warga Jakarta, adalah awal mula terjadinya banjir. Maksudnya adalah, bila setiap warga tidak menjaga lingkungannya masing masing, maka secara tidak langsung akan berkontribusi terhadap terjadinya banjir. Dalam kaitannya dengan pemeliharaan lingkungan, tentu para pemuka masyarakat, dan aparat terkait sangat diperlukan perhatian dan partisipasinya secara langsung dalam membina warga untuk selalu bersahabat dengan lingkungannya.
6. Peraturan Hukum
Hukum juga harus ditegakkan dalam kaitannya dengan masalah banjir. Pemerintah tentu sudah membuat Peraturan terkait dengan lingkungan, kebersihan dan persampahan, yang semuanya itu dituangkan dalam PerDa (Peraturan Daerah). Tetapi PerDa hanya ada diatas kertas, tak pernah disosialisasikan apalagi diimplementasikan. Sanksi atas pelanggaran perda tak pernah dilaksanakan atau sama sekali tidak efektip daalam menimbulkan efek jera kepada pelanggarnya. Untuk itu, perlu kiranya meningkatkan kualitas penegakan hukum terkait masalah diatas, agar seluruh warga semakin tertib dan tunduk kepada peraturan yang berlaku.
Semua penyebab banjir diatas adalah berpijak dari keberadaan warga di sekitar Jakarta. Tentu masih adalagi faktor penyebab banjir yang semata mata merupakan tugas bagi pemerintah untuk menyelesaikannya, antara lain adalah adanya banjir kiriman dari daerah lain, perbaikan sistem drainase, pembuatan banjir kanal dll.
Sungguh kompleks peyebab banjir, tetapi disini kita tidak mempermasalahkan banyaknya penyebab, tetapi terlepas itu semua, tentu kembali kepada diri kita masing masing, sejauh mana bisa ikut ambil bagian dan berperan serta mencegah terjadinya banjir di Jakarta.
Hal terkecil apapun yang kita lakukan, semuanya akan bermuara ke persoalan yang lebih besar, seperti masalah banjir di Jakarta ini. Oleh sebab itu, siapa lagi yang bisa mencegahnya, selain kita sendiri ?
Salam