Di Jawa khususnya, ada istilah “Islam Abangan”. Apa itu?
Mereka adalah orang-orang yang mengaku beragama Islam, tapi tidak menjalankan ibadah sesuai syariat Islam atau mereka beribadah tapi hanya sesekali saja.
Konon kabarnya, kata ‘Abangan’ ini diambil dari nama Syeh Lemah Abang atau Syeh Siti Jenar, yang dikenal mengajarkan paham “‘Manunggaling Kawula Gusti” di tanah Jawa. Aliran ini menganggap jika seseorang sudah memiliki sifat2 dan perilaku yang baik, maka tak perlu lagi menjalankan ibadah kepada Tuhan.
Mungkin karena terpengaruh dengan adanya aliran tersebut, mereka lalu beranggapan bahwa dalam hidup ini yang penting adalah berbuat baik dan tidak ingin merugikan orang lain. Jadi, mereka bahkan tak tau apa itu Syariat Islam yang sebenarnya.
Mereka sangat menjunjung tinggi budaya leluhur mereka dan tak mau mengikuti budaya asing atau ikut-ikutan dengan tren masa kini. Mereka khususnya kaum perempuan, masih senang memelihara rambut yang panjang agar bisa digelung menjadi berbentuk konde.
Ketika menghadiri sebuah acara pernikahan adat Jawa, kaum perempuan ini tak mau menggunakan konde palsu, sebab memang rambut mereka panjang-panjang dan bisa di jadikan konde. Merekapun sangat bangga dengan konde asli miliknya itu.
Mereka juga masih senang memakai kudung (kerudung) untuk sekadar menutupi rambutnya jika sedang pergi ke suatu tempat atau bertamu ke rumah tetangga atau sanak familinya. Perempuan jawa ini terkenal dengan keramahan dan perilakunya yang santun dan selalu menyapa siapapun yang ditemuinya.
Jika malam tiba, perempuan jawa ini suka mendendangkan lagu-lagu jawa (kidung) ketika menemani tidur anak-anaknya. Karena suaranya yang lembut dan sedikit berbisik-bisik membuat suasana makin tenteram dan damai, sehingga anak-anaknya menjadi cepat tertidur pulas.