Perjalanan malam dari Banyuwangi menuju Surabaya memang penuh liku, bukan hanya karena kontur jalannya yang naik turun dan berliku, tapi karena kisah-kisah mistis yang melekat di setiap titik tertentu. Bagi para sopir dan kru bus malam, ini bukan sekadar cerita pengantar tidur—tapi bagian dari keseharian yang mereka jalani dengan waspada, doa, dan keberanian. Inilah ulasan lengkap lokasi angker paling sering menjadi saksi peristiwa gaib di jalur bus malam timur Jawa.
1. Alas Gumitir: Gerbang Halus di Tengah Hutan
📍 Lokasi: Perbatasan Banyuwangi–Jember
🌿 Kondisi: Hutan lebat dengan tikungan tajam dan minim penerangan
“Saya sempat lihat perempuan di tengah jalan. Sopir saya injak rem mendadak. Tapi waktu kami tengok, kosong… jalan sepi, cuma suara jangkrik.”
— Andi, kernet bus AKDP rute Banyuwangi–Surabaya
Alas Gumitir bukan cuma terkenal karena tanjakan maut dan tikungan tajam, tapi juga karena atmosfer mistisnya. Hutan ini diyakini sebagai tempat bersemayamnya banyak makhluk halus, terutama penunggu jalur. Cerita paling populer adalah sosok wanita putih yang muncul tengah malam, sering berdiri di pinggir jalan atau tiba-tiba “menyebrang” begitu saja. Menurut warga sekitar, tempat ini dulunya adalah lokasi pembantaian zaman penjajahan, dan arwah yang belum tenang dipercaya masih berkeliaran.
Beberapa sopir bahkan rutin membunyikan klakson atau melempar koin saat masuk area ini—sebagai bentuk “permisi”.
2. Tanjakan Kretek: Di Sini, Rem Sering ‘Dicabut’
📍 Lokasi: Kecamatan Silo, Jember
⚠️ Rawan: Kecelakaan bus malam, terutama truk dan kendaraan berat
“Bus kami tiba-tiba susah dikendalikan, padahal rem masih baru. Tiba-tiba ada suara seperti orang bisik dari belakang, ‘hati-hati mas…’”
— Wawan, sopir PO lokal
Tanjakan ini memiliki sejarah kecelakaan panjang. Secara teknis, kontur tanjakannya menyulitkan banyak kendaraan berat. Tapi banyak pengakuan dari sopir bahwa kadang rem mereka “hilang tenaga” secara mendadak. Konon, arwah korban kecelakaan di tanjakan ini sering memperlihatkan diri sebagai peringatan, atau bahkan menjadi penyebab kecelakaan baru.
Satu cerita legendaris menyebutkan bus yang mengangkut “rombongan penumpang” naik di tanjakan ini—tapi saat dihitung ulang di terminal, hanya separuh yang ada. Tak satu pun yang mengingat sisanya naik atau turun.
3. Terminal Lama Situbondo: Penumpang Tanpa Tiket
📍 Lokasi: Situbondo, jalur timur sebelum masuk Probolinggo
🏚️ Kondisi: Terminal tua yang kini jarang digunakan, sering gelap di malam hari
“Ada perempuan muda duduk di baris belakang, pakai kerudung krem. Tapi waktu saya tanya tiketnya, dia cuma senyum… dan hilang.”
— Heru, kru bus malam
Terminal lama ini seperti portal waktu—masih berdiri dengan papan jadwal tua dan bangku kusam, namun sunyi dan suram. Dulu ramai, sekarang hanya sesekali disinggahi bus malam. Sosok penampakan paling sering adalah wanita muda yang naik tanpa suara, duduk paling belakang, lalu menghilang sebelum bus berangkat.
Beberapa sopir mengaku sering mencium bau bunga melati di terminal ini, terutama setelah tengah malam. Bahkan ada PO tertentu yang kini melarang berhenti terlalu lama di terminal ini saat malam.
4. Jalan Raya Baluran: Savana yang Menyimpan Misteri
📍 Lokasi: Kawasan Taman Nasional Baluran, Situbondo
🌒 Kondisi: Jalur sepi dan minim penerangan, dikelilingi savana dan hutan
“Bus kami seperti dikelilingi kabut tipis. Penumpang merasa dingin, dan sopir bilang ada rombongan ‘orang Belanda’ duduk di barisan tengah.”
Taman Nasional Baluran adalah tempat indah di siang hari, tetapi menakutkan di malam hari. Jalur ini jarang dilintasi kendaraan pribadi setelah matahari tenggelam. Penampakan paling legendaris di sini adalah rombongan manusia berpakaian kolonial, sering terlihat duduk diam di dalam bus, tapi tidak pernah naik dari halte mana pun.
Bus-bus malam yang melintasi jalur ini biasanya tidak berhenti, dan banyak yang percaya jika kamu membuka jendela di tengah savana saat malam, kamu bisa melihat “penonton tak kasat mata” sedang menatapmu dari kejauhan.
5. Gunung Sari–Karang Pilang, Surabaya: Akhir Jalur, Awal Teror
📍 Lokasi: Akses masuk Surabaya dari jalur timur
🌀 Fenomena: Gangguan spiritual menjelang akhir perjalanan
“Baru kali itu saya lihat semua lampu di dalam bus mati, padahal mesin nyala. Ada yang kerasukan penumpang lama katanya…”
Meski kota Surabaya identik dengan hiruk-pikuk, kawasan Karang Pilang dan Gunung Sari punya cerita sendiri. Jalur ini dikenal sebagai ‘penyaring terakhir’, tempat di mana entitas gaib kadang mencoba ikut masuk ke dalam kota.
Sopir-sopir malam mengaku sering mendapat gangguan menjelang masuk kota: bus mendadak mogok, spion berembun dari dalam, atau penumpang merasa pusing mendadak. Bahkan ada penumpang yang tiba-tiba kerasukan, menyebut nama-nama kuno yang tak dikenal siapa pun di dalam bus.
Ritual dan Etika Gaib Sopir Bus Malam
Sebagian besar kru bus malam yang berpengalaman masih memegang teguh ritual kecil untuk keselamatan. Beberapa di antaranya:
-
Meletakkan nasi kucing dan kembang tujuh rupa di bawah dashboard
-
Tidak berbicara sembarangan saat melintasi lokasi keramat
-
Menyalakan radio keras-keras untuk mengusir kesunyian mencekam
-
Tidak membiarkan bangku paling belakang kosong saat malam Jumat
Penutup: Jalan yang Tak Pernah Benar-Benar Sepi
Jalur bus malam Banyuwangi–Surabaya bukan sekadar rute logistik dan penumpang. Bagi mereka yang percaya, itu adalah jalan hidup—dan jalan menuju dunia lain. Apakah semua kisah ini hanya ilusi akibat lelah dan gelap? Atau benar-benar ada sesuatu di balik bayangan di spion itu?
Kamu siap naik bus malam ke Surabaya? Duduklah, tapi jangan pernah lirik bangku kosong di sekitarmu terlalu lama. Bisa jadi… ada yang sedang memperhatikan.